Parepare, (Kemenag Parepare) - Cahaya kebersamaan memancar dari Musala Miftahul Ilmi MAN 1 Kota Parepare, ketika ratusan siswa, guru, orang tua, hingga keluarga besar madrasah berhimpun untuk memperingati kelahiran Nabi Besar Muhammad saw 1447 Hijriah pada Rabu, 17 September 2025.
Suasana teduh penuh syukur itu kian semarak dengan hadirnya
Kepala Subbagian Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kota Parepare, H. Syaiful
Mahsan yang juga merupakan Plt. Kepala Seksi Pendidikan Madrasah.
Peringatan Maulid kali ini dikemas bukan hanya sebagai momen
spiritual, tetapi juga wadah kreativitas dan kebersamaan. Lomba menghias telur
antarkelas dan ekstrakurikuler menjadi daya tarik tersendiri, memamerkan ragam
hiasan yang penuh warna dan makna. Telur-telur itu, sebagaimana tradisi maulid,
tak hanya menjadi simbol kesuburan dan kehidupan, tetapi juga melambangkan
harapan akan generasi muda yang tumbuh dengan akhlak mulia serta cinta terhadap
lingkungannya.
Dalam sambutannya, H. Syaiful Mahsan menyampaikan pesan
mendalam tentang hakikat profesi guru. Dengan nada penuh ketulusan, ia
menegaskan bahwa guru adalah profesi mulia, yang hampir tak mengenal batas
waktu.
“Seorang guru mendidik dan membimbing siswa hampir dua puluh
empat jam. Bukan hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar, bahkan memikirkan
bagaimana siswanya menjadi insan berkualitas,” ucapnya, disambut anggukan penuh
hormat dari hadirin.
Lebih jauh, ia menyampaikan bahwa Menteri Agama tengah
merancang kurikulum cinta dan ekoteologi, sebagai wujud nyata pentingnya
menjaga hubungan yang baik dengan sesama manusia sekaligus memelihara
lingkungan. Pesan ini seolah menjadi napas baru bagi dunia pendidikan, bahwa
ilmu yang ditanamkan di bangku madrasah tak boleh terlepas dari kasih sayang
dan kepedulian terhadap bumi.
Dengan bahasa sederhana namun penuh makna, ia mengingatkan
seluruh warga MAN 1 Parepare agar mulai membiasakan diri hidup ramah lingkungan.
“Salah satu bentuk kecil kepedulian kita adalah dengan tidak menggunakan
plastik sekali pakai yang menimbulkan sampah,” pesannya.
Ia menekankan bahwa implementasi kurikulum cinta haruslah
berwujud nyata dalam kehidupan sehari-hari: saling menghargai, menjaga
kebersihan, dan menebarkan kasih di mana pun berada.
Rangkaian acara yang berlangsung khidmat sekaligus meriah
itu menjadi refleksi bahwa Maulid Nabi bukan sekadar peringatan, tetapi
momentum meneguhkan teladan Rasulullah dalam kehidupan modern: mengajarkan
cinta, menumbuhkan ilmu, dan menumbuhkan kepedulian terhadap sesama serta alam.
Musala Miftahul Ilmi pagi menjelang siang itu bukan hanya
menjadi ruang peribadatan, tetapi juga menjadi ruang dialog hati, tempat di
mana nilai spiritual bertemu dengan nilai sosial dan ekologis. Dari MAN 1 Kota
Parepare, gema Maulid Nabi Muhammad saw bergaung dengan pesan yang menyejukkan:
mari membangun generasi berilmu, berakhlak, dan berwawasan cinta yakni cinta
pada Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan semesta.(Taqdir/Wn)
0 comments:
Posting Komentar