Parepare, (Kemenag Parepare) – Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Guru Pendidikan Agama (GPA) tingkat SMP, SLB, SMA, dan SMK se-Kota Parepare menggelar seminar bertajuk Kurikulum Berbasis Cinta dan Ekoteologi. Kegiatan berlangsung di Aula Gedung Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu (PLHUT) pada Selasa, (16/9/2025).
Seminar tersebut dihadiri Kepala Kantor Kementerian Agama
(Kakan Kemenag) Kota Parepare, H. Fitriadi, yang juga menjadi narasumber utama.
Hadir pula Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam (Kasi PAI) H. Hamka, Pengawas
Sekolah dari Dinas Pendidikan Kota Parepare, serta Ketua MGMP Provinsi Sulawesi
Selatan, H. Nasir Saddu.
Abdul Hafid, Ketua Panitia, menjelaskan bahwa kegiatan ini
diselenggarakan untuk mengembangkan kompetensi pendidikan keagamaan bagi para
guru di berbagai jenjang sekolah. Ia berharap guru dapat menerapkan nilai-nilai
moderasi beragama serta kurikulum cinta dan ekoteologi dalam praktik
pembelajaran.
“Kami berharap para Guru Pendidikan Agama dapat
merefleksikan pemahaman dan pengetahuan moderasi beragama, kurikulum cinta dan
ekoteologi kemudian dijadikan praktik baik di satuan pendidikan seluruh guru di
semua tingkat, baik SMP, SMA/SMK, maupun SLB,” ujar Abdul Hafid.
Dalam paparan materinya, H. Fitriadi menegaskan pentingnya
MGMP sebagai wadah silaturahmi sesama guru sekaligus sebagai sarana
pengembangan kualitas pengajaran pendidikan agama. Ia menjelaskan bahwa
kurikulum berbasis cinta dirancang untuk menyentuh hati dan jiwa peserta didik,
bukan hanya transfer pengetahuan semata.
“Inilah pentingnya memahami kurikulum berbasis cinta dan
ekoteologi yang telah digagas oleh Menteri Agama RI. Kurikulum cinta ini sebuah
pendekatan pendidikan untuk mengembalikan hakikat pembelajaran sebagai proses yang
menyentuh jiwa,” jelasnya.
Kakan KemenagS juga membahas konsep moderasi beragama yang
telah dijalankan selama sepuluh tahun terakhir. Ia menegaskan bahwa moderasi
bukan berarti ‘memoderasi’ agama, tapi mengubah cara pandang dan pemahaman agar
lebih inklusif dan toleran.
“Kita mengetahui bahwa moderasi beragama dikenal dari empat
aspek, yaitu Komitmen Kebangsaan, Toleransi, Anti Kekerasan, dan Akomodatif
terhadap budaya. Inilah kekuatan kita agar isu intoleransi di Kota Parepare
yang beberapa bulan kemarin mencuat bisa ditepis,” pungkas Kakan Kemenag
Parepare.
Selain itu, H. Fitriadi memperkenalkan konsep ekoteologi,
sebuah bagian yang tak kalah penting dari kurikulum tersebut. Ia mengatakan,
selain hubungan manusia dengan Tuhan (hablu minallah) dan sesama manusia (hablu
minannas), ada pula hubungan manusia dengan alam (hablu minal ’alam) yang
menekankan tanggung jawab menjaga keseimbangan alam berlandaskan cinta kasih.
Seminar ini menjadi momen penting untuk memperkuat pemahaman
para guru tentang pendekatan baru dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam yang
lebih inklusif dan berwawasan lingkungan. Diharapkan para guru bisa membawa
nilai-nilai ini ke sekolah masing-masing demi terciptanya generasi yang
berkarakter dan peduli lingkungan.(Achy/Wn)



0 comments:
Posting Komentar