Parepare, (Kemenag Parepare) - Di balik setiap teori yang dipelajari di bangku kuliah, ada dunia nyata yang menanti untuk disentuh. Itulah yang dilakukan oleh Adelia Faradillah dan Hasma, dua mahasiswi semester 6 Program Studi Bimbingan Konseling Islam (BKI) IAIN Parepare. Dengan semangat membara dan rasa ingin tahu yang tak terbendung, ia mendapat tugas menantang dari dosennya, Astina, dalam mata kuliah Asesmen Psikologi: menelusuri langsung penanganan kasus bullying di lingkungan madrasah.
Adelia dan Hasma tidak hanya datang membawa pertanyaan,
namun juga datang membawa misi. Bertempat di ruang tamu MAN 1 Kota Parepare
pada Senin, 2 Juni 2025, ia berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Ritawati,
guru Bimbingan Konseling (BK) madrasah yang telah lama berjibaku dengan
dinamika dunia remaja.
Percakapan mereka membongkar realitas tentang betapa
kompleks dan menantangnya penanganan kasus perundungan di lingkungan
pendidikan, sekaligus membuka cakrawala tentang pendekatan-pendekatan humanis
yang diterapkan di madrasah tersebut.
Sementara itu, di hari yang sama dari waktu yang berbeda,
dua mahasiswi tangguh lainnya dari IAIN Parepare tak kalah antusias menunaikan
tugas akademik mereka. Nurul Annisa Syair dan Salsabila Ramadani, mahasiswa
semester 4 dari Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), datang dengan
semangat mencari tahu tantangan riil dalam pembelajaran Fiqih di madrasah.
Dibekali amanah dari dosen Bachtiar dalam mata kuliah
Pembelajaran Fiqih, keduanya disambut hangat oleh Khadijah, Wakil Kepala
Madrasah Bidang Kurikulum MAN 1 Kota Parepare. Tak hanya mendapat sambutan,
mereka juga diberi ruang untuk berdialog langsung dengan Muhammad Taqdir, guru
fiqih yang dikenal dengan metode pengajarannya yang kritis dan kontekstual.
Dari percakapan tersebut, terungkap betapa pentingnya pendekatan kreatif dalam
membumikan materi fiqih kepada generasi muda yang hidup di era digital dan
serba cepat.
Kunjungan ini bukan sekadar tugas kampus. Ini adalah lompatan
dari teori menuju aksi, dari ruang kuliah ke realitas lapangan. Sebuah
perjalanan yang membuktikan bahwa mahasiswa bukan hanya penonton perubahan,
tapi pelaku aktif yang siap berkontribusi dengan intelektualitas, keberanian,
dan kepekaan sosial.
Karena pendidikan bukan sekadar hafalan, tapi keberanian
untuk menyelami kenyataan dan para mahasiswa ini telah membuktikan mereka siap
menjemput masa depan, bukan dengan angan, tetapi dengan langkah nyata.(Akbar/Wn)
0 comments:
Posting Komentar