--

Menghimpun seluruh berita, tulisan, jurnal bernuansa agama yang dapat menyatukan ummat

Panggung Ekspresi Tutup Matsama 2025 di MAN 1 Kota Parepare

 


Parepare, (Kemenag Parepare) – Langit MAN 1 Parepare seperti ikut bersinar. Sebuah panggung sederhana berubah menjadi arena kemegahan ekspresi dan kreativitas, menandai berakhirnya Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (Matsama) Tahun Pelajaran 2025/2026.

Bertajuk “Panggung Ekspresi”, acara ini bukan hiburan semata, ia adalah bukti bahwa madrasah hari ini bukan hanya tempat belajar, tapi tempat bertumbuh, berani, dan bersinar.

Kepala MAN 1 Kota Parepare, Rusman Madina, membuka acara dengan semangat penuh. Di hadapan para siswa baru, guru, orang tua, dan tamu undangan, ia menegaskan bahwa Panggung Ekspresi adalah ruang lahirnya karakter.

“Di sini, keberanian itu tumbuh. Bakat-bakat yang selama ini terpendam, mulai menemukan jalan panggungnya,” ucapnya lantang, menggetarkan semangat semua yang hadir, Jumat, 18 Juli 2025.

Turut hadir memberikan warna pada malam penuh semangat ini adalah H. Syaiful Mahsan, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kemenag Kota Parepare yang mewakili Kepala Kemenag, serta Hj. Hasnani, Pendamping Satuan Pendidikan Madrasah Aliyah. Kebersamaan dan dukungan dari seluruh keluarga besar MAN 1 serta para wali siswa menambah aura hangat sekaligus penuh harapan.

Salah satu momen bersejarah malam itu adalah launching perdana Mading Digital MAN 1 Kota Parepare. H. Syaiful Mahsan, saat meresmikannya, menyampaikan apresiasi atas langkah inovatif madrasah yang tak pernah berhenti bertransformasi.

“MAN 1 Kota Parepare, mantap men!” serunya, disambut gelombang tepuk tangan dan sorak semangat dari seluruh peserta.

Malam terus berlanjut, dan kejutan-kejutan bermunculan. Peragaan busana oleh guru dan tenaga kependidikan membuka segmen gaya dan identitas madrasah yang elegan dan penuh makna. Disusul peragaan seragam siswa dan organisasi ekstrakurikuler, memperlihatkan keberagaman kegiatan yang menjadi jantung semangat di MAN 1.

Yang paling dinanti? Tentu saja penampilan para siswa baru. Mereka tampil memukau dengan penuh percaya diri: dari tarian kreasi daerah, tilawah Al-Qur’an yang menyejukkan hati, nyanyian solo yang menggugah, fashion show yang berani, parodi yang mengocok perut, puisi yang menggugah rasa, hingga atraksi karate dan tongkat mayoret yang memikat mata. Semua tampil bukan sekadar unjuk bakat, tapi unjuk nyali dan jati diri. Inilah generasi baru madrasah: berani tampil, tak takut bersuara, siap bersinar.

Bukan hanya menutup Matsama dengan meriah, tapi membuka lembaran baru penuh harapan. Mereka bukan sekadar siswa baru, mereka adalah the next changemakers, pewaris semangat madrasah unggul, religius, dan berkarakter.

Dan malam itu, MAN 1 Kota Parepare mengukir sebuah pesan kuat: Setiap siswa punya cahaya. Panggung Ekspresi hanyalah permulaan. Saatnya mereka bersinar.(Akbar/Wn)

Share:

Kasubbag TU Bawakan Materi Moderasi Beragama pada Amaliyah Al Usbuiyyah dan Matsama Pontren DDI Lil Banat Parepare

 



Parepare, (Kemenag Parepare) - Dalam rangka membentuk karakter santri yang cinta tanah air, menjunjung nilai-nilai toleransi, dan memiliki wawasan keagamaan yang moderat, Kepala Subbagian Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kota Parepare yang juga menjabat sebagai Pelaksana Tugas Kasi Pendidikan Madrasah, H. Syaiful Mahsan, hadir memberikan materi Moderasi Beragama dalam rangkaian kegiatan Amaliyah Al Usbuiyyah dan Masa Ta’aruf Madrasah (Matsama) di Pondok Pesantren DDI Lil Banat Parepare, Kamis, 17 Juli 2025.

Kegiatan ini dilaksanakan di Masjid DDI Ar-Radhiyah, diikuti oleh 247 santri yang terdiri dari santri baru dan lama tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Antusiasme para santri sangat terasa sejak awal hingga akhir sesi.

Dalam pemaparannya, Syaiful Mahsan menekankan pentingnya mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Ia menegaskan bahwa moderasi beragama memiliki empat kata kunci utama yaitu: Wawasan Kebangsaan, Toleransi, Anti Kekerasan, dan Penghargaan terhadap Budaya Lokal.

Dengan gaya penyampaian yang hangat dan komunikatif, ia berhasil menghidupkan suasana dan menjelaskan materi dengan contoh-contoh nyata yang sangat dekat dengan kehidupan santri sehari-hari. Materi ini tidak hanya membuka wawasan para santri, tetapi juga memperkuat pemahaman bahwa nilai-nilai Pancasila dan ajaran Islam sejatinya saling selaras.

Salah satu santri, Dean Safea, mengungkapkan rasa senangnya bisa mengikuti materi tersebut. "Materinya sangat membekas. Kami diajak untuk memahami nilai-nilai yang sejalan dengan agama, dan diberikan contoh yang nyata dalam kehidupan harian. Ini membuat kami merasa lebih siap menjadi santri yang cinta damai dan cinta tanah air," ungkapnya.

Tak hanya sebagai pejabat Kementerian Agama, Syaiful Mahsan juga memiliki ikatan emosional yang kuat dengan pondok, karena ia pernah mengabdikan diri sebagai tenaga pendidik di Pondok Pesantren DDI Lil Banat selama 19 tahun. Kedekatan itu terasa dari caranya  berinteraksi dengan para guru dan santri, penuh kehangatan dan semangat pembinaan.

Dengan materi ini, diharapkan para santri mampu menjadi agen moderasi yang membawa nilai-nilai keislaman yang damai dan rahmatan lil ‘alamin di tengah masyarakat.(Mira/Wn)

Share:

Aksi Nyata Pelestarian Lingkungan di MTsN Kota Parepare

 


Parepare, (Kemenag Parepare) - Dalam rangkaian kegiatan Masa Taaruf Siswa Madrasah (MATSAMA) tahun pelajaran 2025/2026, MTsN Parepare menggelar aksi nyata pelestarian lingkungan sebagai bagian dari implementasi program Ekoteologi yang dicanangkan oleh Menteri Agama RI, juga progran prioritas Kakanwil Kemenag Sulawesi Selatan melalui Asta Cita.

Kegiatan ini melibatkan seluruh elemen madrasah, mulai dari siswa, guru, hingga staf tata usaha, Jumat, 18 Juli 2025.

Kegiatan utama yang dilaksanakan adalah penanaman pohon dan pembersihan lingkungan madrasah. Aksi ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kepedulian terhadap alam sejak dini kepada para siswa baru, sekaligus menciptakan lingkungan belajar yang bersih dan hijau. Suasana penuh semangat dan kebersamaan tampak mewarnai kegiatan tersebut.

Sebelum kegiatan dimulai, salah seorang guru MTsN Parepare, La Sakka, memberikan pemaparan singkat mengenai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Ia menekankan bahwa kerusakan alam yang terjadi saat ini sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia.

“Terjadinya kerusakan di muka bumi akibat tangan-tangan manusia adalah bukti bahwa kita perlu mengubah cara kita memperlakukan alam,” ujarnya di hadapan para peserta.

La Sakka juga mengajak seluruh warga madrasah untuk menjadikan kegiatan ini sebagai momentum refleksi dan komitmen bersama dalam menjaga bumi. Ia menekankan bahwa ekoteologi bukan sekadar teori, melainkan praktik nyata yang harus dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan pendidikan.

Penanaman pohon dilakukan di beberapa titik strategis di sekitar area madrasah, dengan harapan pohon-pohon tersebut kelak akan memberikan manfaat jangka panjang, baik dari segi estetika maupun ekologi. Sementara itu, kegiatan pembersihan lingkungan dilakukan secara serentak oleh seluruh peserta, menciptakan suasana yang bersih dan nyaman.

Kepala MTsN Parepare Muhammad Ridwan AR menyampaikan apresiasi atas antusiasme seluruh warga madrasah dalam menyukseskan kegiatan ini. Ia berharap semangat menjaga lingkungan terus tumbuh dan menjadi bagian dari budaya madrasah.

“Melalui kegiatan ini, kita tidak hanya menyambut siswa baru, tetapi juga menanamkan nilai-nilai penting tentang tanggung jawab terhadap ciptaan Tuhan,” tutupnya.(Murid/Wn)

Share:

Mahasiswa KKN IAIN Parepare Sambangi KUA Bacukiki Barat, Ini Tujuannya

 

PAREPARE, Journalissantri.Com - Sejumlah mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare melakukan kunjungan ke Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bacukiki Barat pada Kamis (17/7/2025). Kehadiran mereka bukan tanpa alasan, melainkan dalam rangka menjalankan salah satu program kerja mereka di wilayah penugasan.

Rombongan mahasiswa tersebut dipimpin oleh Koordinator Kelurahan, Andi Della Resky, yang sedang bertugas di Kelurahan Lumpue. Ia menjelaskan bahwa kunjungan itu bertujuan untuk meminta data terkait jumlah kasus pernikahan dini selama tahun 2025 di wilayah tersebut.

"Kami bermaksud meminta data pernikahan dini selama 2025 khususnya di Kelurahan Lumpue untuk memenuhi tugas program kerja kami," ujar Adell, sapaan akrab Andi Della, sambil menyerahkan surat pengantar resmi kepada pihak KUA Bacukiki Barat.

Kepala KUA Bacukiki Barat, Amir Said, menyambut hangat kedatangan para mahasiswa dan memberikan sejumlah informasi yang relevan. Dalam penjelasannya, Amir memaparkan beberapa alasan umum yang mendorong terjadinya pernikahan dini di masyarakat.

"Biasanya yang menjadi alasan orang tua calon pengantin untuk menikahkan anaknya lebih cepat itu, salah satunya adalah menjauhkan dari fitnah. Misalnya jika anaknya sudah memiliki hubungan yang cukup erat dengan lawan jenis, maka diputuskan untuk dinikahkan," terang Amir Said.

Ia pun menegaskan bahwa secara pribadi tidak mendukung pernikahan dini, karena bertentangan dengan regulasi yang telah ditetapkan pemerintah. Menurutnya, usia ideal pernikahan adalah minimal 19 tahun, dengan tambahan persyaratan surat izin orang tua bagi yang masih di bawah umur 21 tahun.

Dalam data yang diberikan oleh KUA Bacukiki Barat, tercatat 5 kasus pernikahan dini di Kelurahan Lumpue. Selain itu, di Kelurahan Bumi Harapan terdapat 2 kasus, 1 kasus di Kelurahan Sumpang Minangae, 4 kasus di Kelurahan Tirosompe, 3 kasus di Kelurahan Kampung Baru, dan 5 kasus lainnya di Kelurahan Cappa Galung.

Informasi tersebut diharapkan dapat membantu mahasiswa KKN IAIN Parepare dalam menyusun laporan dan analisa sosial terkait isu pernikahan dini. Mereka juga berencana melakukan pendekatan edukatif kepada masyarakat agar dapat menekan angka tersebut di masa mendatang.

Kegiatan ini menunjukkan kolaborasi antara institusi pendidikan dan pemerintah dalam menyikapi fenomena sosial yang kompleks. Mahasiswa KKN bukan hanya menjadi peserta program, tetapi juga menjadi agen perubahan di tengah masyarakat.

Share:

Tim Debat MAN 2 Kota Parepare Rebut Juara 2



Parepare, (Kemenag Parepare) - Tim Debat Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Parepare harus puas dengan perolehan Juara 2 Lomba Debat se-Ajatappareng yang selesai digelar oleh Komando Resimen Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare. 

Perjalanan Tim Debat MAN 2 Kota Parepare yang dihuni oleh Muhammad Awal Syahru Almubaraq, Siti April Fatima, dan Salsabila ini sungguh dramatis lagi alot. 

Di babak penyisihan, ketiganya harus pro pada mosi perdebatan 'Sistem Rangking di Sekolah Harus Dihapus demi Kesehatan Mental Siswa'. Mereka menyisihkan Tim Debat 2 dari SMA Negeri 11 Pinrang sebagai tim kontra.

Babak berikutnya, mereka berbalik harus kontra dari lawannya Tim Debat SMK Negeri 2 Pinrang. Melalui mosi perdebatan 'Wajib Militer Harus Diberlakukan bagi Lulusan SMA/SMK/MA, Tim Debat MAN 2 Kota Parepare berhasil menggugurkan lawannya yang berposisi pro tersebut.

Lanjut ke babak semifinal dengan mosi perdebatan 'Tugas Rumah yang Berlebihan adalah Bentuk Penindasan terhadap Pelajar', kembali lagi Tim Debat MAN 2 Kota Parepare berposisi pro mengungguli poin Tim Debat MAN Pinrang yang berposisi kontra. 

Pada babak final, Tim Debat MAN 2 Kota Parepare berposisi kontra harus mengakui dominasi Tim Debat 1 SMA Negeri 11 Pinrang yang berposisi pro. Lewat mosi perdebatan 'Kebijakan Pengiriman Anak Nakal ke Barak Militer Perlu Diterapkan secara Masif di Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan', ketiganya harus puas merebut Juara 2.

Dengan demikian, bertempat di Halaman MAN 2 Kota Parepare pada Rabu, 16 Juli 2025, pihak madrasah mengadakan seremoni penyerahan trofi, sertifikat penghargaan, dan hadiah uang tunai. 

Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakan Kemenag) Kota Parepare, H. Fitriadi usai menyerahkan trofi, sertifikat penghargaan, sejumlah hadiah uang tunai, dalam amanatnya suportif dan memicu segenap Peserta Didik MAN 2 Kota Parepare untuk terus menjadi kebanggaan serta mengharumkan nama MAN 2 Kota Parepare dengan sejumlah prestasi di berbagai ajang maupun level. (Adi)

Share:

BRUS SMKN 1 Parepare, Edukasi Cegah Pernikahan Dini bagi Remaja Usia Sekolah

 


Parepare, (Kemenag Parepare) — Program Bimbingan Pranikah Remaja Usia Sekolah (BRUS) kembali digelar sebagai upaya Kementerian Agama (Kemenag) dalam mengedukasi remaja mengenai pentingnya mengenali diri serta menunda pernikahan dini. Melalui BRUS, para pelajar diberikan pemahaman mengenai tanggung jawab dan kesiapan menuju jenjang pernikahan secara dewasa dan bijaksana.

Sejalan dengan program nasional tersebut, Kantor Urusan Agama (KUA) Bacukiki Barat Kemenag Kota Parepare mengadakan kegiatan BRUS di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Parepare pada Kamis (17/7/2025). Kegiatan ini menjadi momen penting dalam pembinaan mental dan spiritual siswa-siswi di lingkungan sekolah.

Acara dibuka langsung oleh Kepala Kantor Kemenag Parepare, H. Fitriadi, dengan dihadiri oleh jajaran Kementerian Agama lainnya seperti Kasi Bimbingan Masyarakat Islam H. Hasan Basri, Kepala KUA Bacukiki Barat Amir Said, serta Kepala UPT SMKN 1 Parepare, Mushiruddin. Kehadiran mereka memberi warna sekaligus menunjukkan komitmen lintas lembaga dalam menyukseskan program pembinaan remaja.

Dalam sambutannya, Mushiruddin selaku Kepala SMKN 1 menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi kepada Kemenag Parepare. Menurutnya, pelaksanaan kegiatan BRUS di masjid sekolah memberikan nilai spiritual tambahan serta membentuk karakter akhlak yang baik bagi siswa-siswi.

“Kami sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini, apalagi dilaksanakan di masjid sebagai tempat pembinaan akhlak anak-anak kami. Kami berterima kasih atas kepercayaan menjadikan sekolah kami sebagai lokasi penyuluhan,” ujar Mushiruddin.

Ia juga menilai tema bimbingan pranikah sangat relevan dan bermanfaat. “Melalui kegiatan ini, siswa jadi sadar dan mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi jenjang pernikahan kelak. Kami berharap kerja sama dengan Kementerian Agama terus berlanjut dalam pembinaan karakter siswa,” tambahnya.

Sebelum membuka acara secara resmi, H. Fitriadi menyampaikan pentingnya kegiatan BRUS sebagai media edukatif untuk memahami makna komitmen sebelum menikah. Dengan gaya yang hangat dan edukatif, ia memperkenalkan istilah “AKU, KAU, dan KUA” sebagai filosofi sederhana namun dalam.

“Istilah AKU, KAU, dan KUA mengandung pesan bahwa KUA memiliki peran penting dalam menyatukan dua insan menjadi pasangan yang sah dan saling menguatkan,” jelas H. Fitriadi.

Lebih lanjut, ia mengingatkan tentang pentingnya usia matang dalam pernikahan. “Kenapa usia 19 tahun menjadi batas minimal menikah? Karena secara medis, fungsi reproduksi sudah lebih siap. Di bawah usia itu, berisiko menyebabkan stunting dan perkembangan otak anak yang lambat. Selain itu, secara ekonomi, pada usia muda, kebanyakan pria belum memiliki penghasilan tetap,” tutupnya.(Achy/Wn)

Share:

KUA Bacukiki Barat Edukasi Siswa SMKN 1 Parepare melalui BRUS

 


Parepare, (Kemenag Parepare) — Program Bimbingan Pranikah Remaja Usia Sekolah (BRUS) kembali digelar sebagai upaya Kementerian Agama (Kemenag) dalam mengedukasi remaja mengenai pentingnya mengenali diri serta menunda pernikahan dini. Melalui BRUS, para pelajar diberikan pemahaman mengenai tanggung jawab dan kesiapan menuju jenjang pernikahan secara dewasa dan bijaksana.

Sejalan dengan program nasional tersebut, Kantor Urusan Agama (KUA) Bacukiki Barat Kemenag Kota Parepare mengadakan kegiatan BRUS di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Parepare pada Kamis (17/7/2025). Kegiatan ini menjadi momen penting dalam pembinaan mental dan spiritual siswa-siswi di lingkungan sekolah.

Acara dibuka langsung oleh Kepala Kantor Kemenag Parepare, H. Fitriadi, dengan dihadiri oleh jajaran Kementerian Agama lainnya seperti Kasi Bimbingan Masyarakat Islam H. Hasan Basri, Kepala KUA Bacukiki Barat Amir Said, serta Kepala UPT SMKN 1 Parepare, Mushiruddin. Kehadiran mereka memberi warna sekaligus menunjukkan komitmen lintas lembaga dalam menyukseskan program pembinaan remaja.

Dalam sambutannya, Mushiruddin selaku Kepala SMKN 1 menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi kepada Kemenag Parepare. Menurutnya, pelaksanaan kegiatan BRUS di masjid sekolah memberikan nilai spiritual tambahan serta membentuk karakter akhlak yang baik bagi siswa-siswi.

“Kami sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini, apalagi dilaksanakan di masjid sebagai tempat pembinaan akhlak anak-anak kami. Kami berterima kasih atas kepercayaan menjadikan sekolah kami sebagai lokasi penyuluhan,” ujar Mushiruddin.

Ia juga menilai tema bimbingan pranikah sangat relevan dan bermanfaat. “Melalui kegiatan ini, siswa jadi sadar dan mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi jenjang pernikahan kelak. Kami berharap kerja sama dengan Kementerian Agama terus berlanjut dalam pembinaan karakter siswa,” tambahnya.

Sebelum membuka acara secara resmi, H. Fitriadi menyampaikan pentingnya kegiatan BRUS sebagai media edukatif untuk memahami makna komitmen sebelum menikah. Dengan gaya yang hangat dan edukatif, ia memperkenalkan istilah “AKU, KAU, dan KUA” sebagai filosofi sederhana namun dalam.

“Istilah AKU, KAU, dan KUA mengandung pesan bahwa KUA memiliki peran penting dalam menyatukan dua insan menjadi pasangan yang sah dan saling menguatkan,” jelas H. Fitriadi.

Lebih lanjut, ia mengingatkan tentang pentingnya usia matang dalam pernikahan. “Kenapa usia 19 tahun menjadi batas minimal menikah? Karena secara medis, fungsi reproduksi sudah lebih siap. Di bawah usia itu, berisiko menyebabkan stunting dan perkembangan otak anak yang lambat. Selain itu, secara ekonomi, pada usia muda, kebanyakan pria belum memiliki penghasilan tetap,” tutupnya.(Achy/Wn)

Share:

Definition List

Unordered List